MEMELUK TOLERANSI DAN KONTEKSTUALISASI TANPA KOMPROMI
Maka bangkitlah Paulus. Ia memberi isyarat dengan tangannya, lalu berkata: “Hai orang-orang Israel dan kamu yang takut akan Allah, dengarkanlah! Allah umat Israel ini telah memilih nenek moyang kita dan membuat umat itu menjadi besar, ketika mereka tinggal di Mesir sebagai orang asing. Dengan tangan-Nya yang luhur Ia telah memimpin mereka keluar dari negeri ituSebab Daud melakukan kehendak Allah pada zamannya, lalu ia mangkat dan dibaringkan di samping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan. Tetapi Yesus, yang dibangkitkan Allah, tidak demikian. Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa. Kis 13:16-17, 36-38
Kalimat terakhir dalam perenungan hari yang lalu adalah, Eksklusifitas Injil dapat disampaikan dengan kasih yang inklusif. Penyingkapan dosa dapat dilakukan tanpa permusuhan. Keunggulan Injil dapat dipresentasikan tanpa merendahkan yang lain. Rasul Paulus menjadi salah satu contoh teladan bagi setiap orang percaya yang ingin memberitakan Injil dalam hal ini. Paulus memahami benar betapa eksklusif dan offensive-nya berita Injil yang diberitakannya (ayat di surat Galatia hari yang lalu menjadi buktinya) namun Paulus mengemasnya dalam sikap yang toleran dan kontekstual. Paulus tidak bertindak dengan arogan dan sombong seolah dia telah menemukan pengertian terbaru tentang keselamatan di mana orang-orang Yahudi lain belum menemukannya. Paulus tidak serta merta memusuhi ke-Yahudi-an, kepercayaannya yang lama, setelah mengenal Injil. Dalam beberapa kesempatan Paulus justru hadir di tempat-tempat ibadah Yahudi, berkata-kata dan berdiskusi dengan memakai ayat-ayat dalam kitab Taurat orang Yahudi, mencatut kisah-kisah para bapa-bapa iman yang juga orang Yahudi hormati dan junjung tinggi. Paulus tahu persis perbedaan Injil dengan Taurat, perbedaan hidup di bawah kasih karunia dan hidup di bawah hukum, namun dia memberitakannya dengan penuh rasa hormat dan penghargaan. Paulus memberitakan Injil dengan toleransi dan kontektualisasi dalam masyarakat Yahudi.
Apakah Paulus terjebak pada sikap sinkretis? Dari ayat yang kita baca, sekalipun Paulus mengemas beritanya dengan kontekstual, namun dia tidak meninggalkan/ mereduksi inti esensi Injil. Salib dan kebangkitan Kristus tetap menjadi sentral beritasekalipun itu mungkin berarti menusuk hati para pendengar Yahudinya. Kontekstualisasi dan toleransi itu dihidupi tanpa kompromi.Dan