MERENGKUH PERBEDAAN TANPA PERPECAHAN

Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
Gal 1:6-9

Salah satu serangan paling umum terhadap kekristenan adalah adanya orang-orang yang mengatakan bahwa kekristenan itu arogan dan sombong karena mengklaim diri sebagai satu-satunya agama yang benar dan membawa pada keselamatan. Kekristenan dinilai sebagai paham yang eksklusif dan tidak toleran karena mengatakan bahwa di luar Kristus orang tidak akan masuk sorga. Tentu di satu sisi kita harus mengakui bahwa klaim-klaim itu benar dan Alkitabiah. Yohanes 14:6 menuliskan, Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku. Berita Injil tentu adalah berita yang eksklusifhanya Yesus jalannya, dan tidak ada yang lain. Pemberitaan Injil yang benar pasti offensivemenyerang ketidakbenaran. Namun eksklusif tidak sama dengan diskriminatif. Menekankan perbedaan bukan berarti mencari perpecahan.
Ketika kita memberitakan Injil ke dalam budaya yang bertentangan dengan kebenaran Injil, berita Injil itu sendiri pasti bersifat offensive. Dosa harus dibukakan. Ketidakbenaran harus disingkapkan. Dan itu seringkali memang tidak menyenangkan bagi telinga para pendengar. Bukankah peringatan yang diberikan Rasul Paulus dalam surat Galatia di atas begitu keras? Tidak ada Injil lain selain Injil tentang Yesus Kristus yang disalibkan, mati dan bangkit untuk menebus dosa manusia. Inilah kebenaran yang harus kita beritakan. Pengurangan atau penambahan terhadap berita Injil berpotensi merusak esensi dari Injil yang sejati. Memberitakan Injil tanpa mengungkap dosa tidak akan membawa pada pertobatan sejati. Menghidupi Injil dengan mencampurkan kepercayaan asing di dalamnya akan merusak esensi Injil sepenuhnya. Kita harus berani menyatakan kebenaran dan perbedaan esensi yang ada, namun bukan berarti itu berita permusuhan, karena eksklusifitas Injil dapat disampaikan dengan kasih yang inklusif. Penyingkapan dosa dapat dilakukan tanpa permusuhan. Keunggulan Injil dapat dipresentasikan tanpa merendahkan yang lain. Dan