SINKRETISME: TANTANGAN PI BUDAYA TRADISIONAL?

“Engkau harus berkata kepada orang Israel: Setiap orang, baik dari antara orang Israel maupun dari antara orang asing yang tinggal di tengah-tengah orang Israel, yang menyerahkan seorang dari anak-anaknya kepada Molokh, pastilah ia dihukum mati, yakni rakyat negeri harus melontari dia dengan batu. Orang yang berpaling kepada arwah atau kepada roh-roh peramal, yakni yang berzinah dengan bertanya kepada mereka, Aku sendiri akan menentang orang itu dan melenyapkan dia dari tengah-tengah bangsanya. Maka kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab Akulah TUHAN, Allahmu. Janganlah kamu hidup menurut kebiasaan bangsa yang akan Kuhalau dari depanmu: karena semuanya itu telah dilakukan mereka, sehingga Aku muak melihat mereka. Im 20:2,6,7,23

Dalam Kamus Filsafat yang disusun Lorens Bagus (Gramedia, 1996), sinkretisme didefinisilan sebagai penyatuan atau upaya penyatuan ideologi-ideologi yang bertentangan ke dalam satu kesatuan pikiran dan/atau ke dalam suatu hubungan sosial yang harmonis. Upaya ini muncul untuk menghindari/ meminimalisir adanya konflik dan kesenjangan sosial yang mungkin timbul dari dua ideologi/ budaya yang berbeda. Dalam konteks misi, sinkretisme dapat terbentuk ketika pekabar Injil berusaha membawa pesan dan nilai-nilai Injil ke dalam sebuah budaya yang memiliki tradisi serta nilai yang jauh berbeda, dan mencampurkan Injil dengan kepercayaan lokal agar dapat lebih mudah diterima masyarakat. Contoh dari sinkretisme agama terlihat misalnya pada kehidupan bangsa Yaroba (keturunan bangsa Afrika) di Cuba, di mana agama bangsa Yaroba yaitu Regla Ocha de los Yorubas bertemu denga agama Katolik. Mereka yang telah dibaptis ke dalam agama Katolik tetap menjaga kepercayaannya dengan menyamakan santo-santa Katolik dengan dewa-dewa mereka, misalnya Obatala yang disamakan dengan Jesus of Nazareth. Sinkretisme menjadi bahaya dalam iman Kristen bahkan sejak bangsa Israel dipanggil menjadi bangsa kepunyaan Allah. Mereka tinggal di tengah-tengah bangsa kafir penyembah dewa-dewa berhala, dan sangat mudah untuk terpengaruh atau pun melibatkan diri di dalamnya (ingat peristiwa Harun yang memanggil patung lembu emas buatannya dengan nama YHWH? Kel 32:5) sehingga peringatan untuk tidak menjadi sama seperti bangsa-bangsa sekitar seringkali didengungkan sebagai sebuah peringatan yang penting guna menjaga kemurnian iman mereka. Mari cermati dan evaluasi, adakah upaya sinkretisme yang berkembang ketika Kekristenan masuk dalam budaya daerah kita masing-masing? Dan