GEREJA DAN HOLISTIC MINISTRY: MENGAJAR

Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. Yak 3:1

Yakobus berpesan untuk setiap anak Tuhan tidak usah terburu-buru atau berlomba-lomba menjadi pengajar, sepintas memang bertolak belakang dengan anjuran Yesus kepada murid-murid pada saat itu sebelum Dia terangkat ke sorga, yaitu ajarlah mereka. Jemaat mula-mula menempatkan seorang pengajar memiliki posisi penting dan terhormat, sehingga bisa saja banyak orang yang berlomba-lomba untuk profesi ini. Mereka lupa bahwa profesi ini punya tanggungjawab besar, bukan hanya soal pengajaran tetapi juga bertanggungjawab untuk memperlihatkan sikap yang sesuai pengajarannya, dan menjadi teladan. Oleh sebab itu Yakobus memperingatkan mereka, ketika kamu menjadi pengajar, hendaklah persiapkan dengan baik, perlengkapi dirimu, dan bukan hanya sekedar pencitraan atau kepentingan semata. Bahkan Yesus mengatakan dalam Markus 9:42 “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.
Mengajar merupakan tanggungjawab setiap orang percaya, tetapi bukan berarti kita tidak persiapkan dengan baik. Karena mengajar tidak hanya berbicara tentang pengetahuan yang disampaikan tetapi juga soal cara hidup yang memberi teladan. Dimasa pandemic seperti ini mengajar adalah sesuatu yang wajib bagi setiap orang, misalnya seorang ibu rumah tangga biasanya hanya melakukan pekerjaan dirumah setiap harinya tetapi dimasa pandemic ini tanggungjawab itu bertambah yaitu menjadi guru di rumah untuk mengajar anak-anaknya yang sekolah online. Sebagai orang percaya bahwa nilai-nilai pengajaran Yesus harus kita kembangkan dalam kehidupan kita semua, jangan sampai kita abaikan. Seperti sebuah peristiwa yang terjadi. LH, seorang warga Desa Cipalabuh, Kabupaten Lebak, Banten, menganiaya putrinya KS, yang baru berusia 8 tahun, hingga tewas pada akhir bulan Agustus lalu. Perempuan berusia 26 tahun ini dilaporkan melakukan penganiayaan karena kesal anaknya susah diajari saat belajar online. Rangkaian penganiayaan yang dilakukan LH adalah mencubit, memukul dengan tangan kosong hingga menggunakan gagang sapu. LH juga memukul korban yang duduk di bangku sekolah dasar kelas 1 itu di bagian belakang kepala sebanyak tiga kali di saat anak itu sudah tersungkur lemas di lantai. Suami LH, IS (27), sempat memarahi istrinya begitu menyaksikan penganiayaan tersebut. Namun, hal itu sudah terlambat. Korban yang tidak kuat menahan penganiayaan dari ibu kandungnya harus meregang nyawa saat itu juga. https://megapolitan.kompas.com/read/2020/12/04/15364621/kasus-orangtua-aniaya-anak-saat-belajar-online-kembali-terekspos?page=all. Inilah cara mengajar yang salah dan disoroti oleh Yesus, oleh sebab itu kita sebagai anak Tuhan ketika menjadi pengajar, menjalankan misi Allah harus berlandaskan buah Roh Gal 5:22 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, 23 kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.
Doa: Menjadi seorang pengajar butuh persiapan, ampuni kami Tuhan jikalau selama ini kami menjadi pengajar yang alakadarnya . Amin. -Gun