MAKNA & PANGGILAN GEREJA

9Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: 10kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
1 Petrus 2

Di bulan Januari, Ev. Wilsoon telah mengajak kita untuk merenungkan ayat-ayat di atas, yang diawali dengan 4 (empat) identitasnya & maknanya masing-masing tentang Bangsa yang Terpilih, tentang Imamat Rajani, tentang Bangsa yang Kudus (Dikhususkan) dan tentang Umat Kepunyaan Allah. Status dan Identitas yang seharusnya meng-identik-kan kumpulan orang percaya sebagai gereja TUHAN. Dari ayat ini makna gereja dibangun. Namun sesungguhnya identitas ini tidak muncul secara tiba-tiba tanpa ada sesuatu yang menyebabkannya. Sebuah peralihan besar telah terjadi terhadap orang-orang yang mendapatkan identitas-identitas tersebut. Mereka DAHULU bukan umat Allah dan bukan kesayangan Allah, namun SEKARANG telah menjadi umat Allah dan memperoleh pengasihan Allah. Sangat jelas ayat 10 membicarakan peralihan besar yang terjadi, yang yang saling menjelaskan dengan ayat 9 akhir keluar dari kegelapan dan masuk dalam terang Allah yang ajaib. Yang jelas, peralihan besar itu bukanlah hasil dari keinginan sekaligus upaya manusia untuk mendapatkannya melainkan berangkat dari inisiatif Allah dan sekaligus karya Allah di dalam Yesus Kristus. Allah-lah yang memanggil mereka untuk menjadi umat kesayangan-Nya, yakni Gereja-Nya. Itulah makna gereja secara singkat yang dapat kita pelajari dari bacaan di atas. Lalu bagaimana dengan panggilan gereja? Sekilas kita dapat menemukan dalam ayat 9 pula, yakni untuk memberitakan karya panggilan Allah yang telah memanggil keluar dari kegelapan menuju terang-Nya yang ajaib itu yang disebut sebagai PERBUATAN BESAR dari DIA. Memberitakan atau menceritakan apa yang dialami boleh disebut sebagai sebuah kesaksian; bukan menceritakan hal-hal yang tidak kita alami itu akan menjadi kesaksian palsu; tetapi menyaksikan yang kita alami. Bukankah ini selaras dengan Amanat Agung TUHAN (Mat. 28:19-20) & Kisah Para Rasul 1:8. GBU.