EKSKLUSIF VERSUS INKLUSIF
Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
MATIUS 28:19-20
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12:2
Di kalangan orang Yahudi dahulu ada sebuah doa yang dapat menggambarkan sikap yang eksklusif atau yang bahkan bernada rasial dan diskriminasi dengan menganggap laki-laki sebagai penguasa tertinggi, seperti misalnya doa berikut ini:
Terpujilah Engkau, ya Allah, Raja semesta alam,
karena Engkau tidak menciptakan aku sebagai seorang bukan Yahudi.
Terpujilah Engkau, ya Allah, Raja semesta alam,
karena Engkau tidak menciptakan aku sebagai budak.
Terpujilah Engkau, ya Allah, Raja semesta alam,
karena Engkau tidak menciptakan aku sebagai seorang perempuan. Tuhan Yesus sendiri pernah mengungkapkan perumpamaan tentang seorang Yahudi dengan nada yang kurang lebih sama di Lukas 18:9-14 diceritakan di sana ada seorang Farisi yang berdoa sebagai berikut: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-My kerena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku…” apa yang diceritakan oleh Tuhan Yesus itu realita yang terjadi di tengah masyarakat Yahudi pada waktu itu. Kita dapat simpulkan bahwa kedudukan sebagai orang bukan Yahudi (goyim, orang asing), budak, dan perempuan atau bahkan orang yang dipandang berdosa karena pekerjaannya dipukul rata begitu saja dan dianggap sebagai kehinaan. Memang, tradisi Yahudi pada waktu itu menganggap bahwa orang yang demikian, pasti juga tidak mendapat perkenan Allah. Pemahaman eksklusif tentang umat pilihan Allah telah membutakan hati sehingga orang di luar circle Yahudi murni bukanlah ciptaan Tuhan yang mulia sehingga layak hanya sebagai pelayan untuk orang Yahudi. Namun Yesus dengan segala pengajaran-Nya telah menyuarakan suara Kebenaran Surgawi bahwa gereja seharusnya bukanlah tempat yang eksklusif membabi buta dengan memberikan stigma kepada mereka yang di luar gereja. Pengajaran Kristus justru mengingatkan kepada kita bahwa gereja mula-mula itu adalah sebuah komunitas yang revolusioner, yang membongkar pemahaman-pemahaman eksklusif yang membangun tembok-tembok di antara manusia dari berbagai bangsa. Bahkan seruan untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya mempertegas keyakinan bahwa gereja dikehendaki berkarya secara inklusif. Gereja mula-mula adalah gereja yang inklusif, artinya gereja itu terbuka, tidak membeda-bedakan orang. Bahkan terhadap orang-orang yang dalam masyarakat Yahudi yang biasanya diasingkan, ditolak, dan dijauhi orang banyak pun gereja membuka dirinya lebar-lebar. Mereka para pemungut cukai, pezinah, pesakit kusta justru dirangkul oleh Yesus dan dipulihkan. Artinya adalah benar bahwa gereja eksklusif dalam iman, kebenaran dan pengajarannya tetapi gereja juga memiliki panggilan untuk inklusif dengan melayani semua orang dengan kasih tanpa membeda-bedakan orang, status dan golongan apapun. yuk bisa. -ANT