DIPERCAYAKAN dan DIPERCAYAI
1Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. 2Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai. 1 Korintus 4
Mungkin tidak jarang bagi kita mendengar kisah-kisah miris yang terjadi di kisaran penodaan terhadap kepercayaan, baik itu di bisnis & pekerjaan, atau di relasi atau hubungan yang telah dibangun. Mungkin awalnya kepercayaan itu memang dibangun dan memang harus dibangun namun sayangnya manusia tidak sanggup memaknai sebuah kepercayaan itu sebagai sesuatu yang sangat berharga, lalu mengalihkan sebagai sebuah kesempatan untuk mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri tanpa memandang muka kepada siapa yang memberikan kepercayaan itu. Judul kecil perenungan kita hari ini mengajak kita untuk melihat apakah ada sebuah korelasi kental yang harus & pasti terjadi antara kepercayaan dengan dapat dipercaya; antara dipercayakan dengan dipercayai. Memang keduanya berangkat dari kata dasar yang sama, yakni PERCAYA. Hanya saja memiliki arti berbeda setelah diberikan akhiran & awalan, apalagi diarahkan oleh konteks pembicaraannya. Kata dipercayakan lebih dimaknai sebagai pemberian (kepercayaan) atau tanggung jawab yang terkait dengan sesuatu, entah itu barang, jabatan, atau hal-hal lain. Sementara dipercayai lebih terkait erat dengan hal-hal yang bersifat kualitatif sehingga seseorang itu pantas diberikan kepercayaan. Alkitab versi lain menggunakan kata faithful yang diartikan dengan kesetiaan. Mari kita memperhatikan apa yang dipercayakan kepada kami (hamba-hamba Kristus)? Jawabannya: RAHASIA ALLAH. Hal-hal penting yang dapat kita renungkan dari anak kalimat ini antara lain: 1. Pandangan Allah (Pemberi Kepercayaan) jauh lebih penting dari pandangan manusia bagi kita; lebih bersifat konfirmatif. 2. Kepercayaan itu meneguhkan tentang siapa kita dan apa posisi kita. Bagaimana kita memaknai kata hamba-hamba Kristus. 3. Relasi kita dengan Allah menjadi alasan mutlak untuk menerima kepercayaan Rahasia Allah tanpa relasi yang intim dengan Allah maka mustahil bagi kita untuk memahami Rahasia Allah. Keterikatan diri kita dengan apa yang dipercayakan oleh Allah Rahasia Allah yang sifatnya mutlak, bukan opsional (pilihan).
-JP