BERTANGGUNG JAWAB: KUNCI EMAS MEMASUKI FINISHING WELL (2)

“Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan ia membawa laba lima talenta, katanya: Tuan, lima talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba lima talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. Lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta itu, katanya: Tuan, dua talenta tuan percayakan kepadaku; lihat, aku telah beroleh laba dua talenta. Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu. MATIUS 25:19-23

Dalam perumpamaan di atas, Yesus juga menjelaskan dengan baik sikap dari ketiga hamba yang menerima talenta itu. Hamba yang menerima lima talenta kemudian pergi menjalankan uang itu dan mendapat laba lima talenta. (ayat 20). Demikian pula hamba yang mendapat dua talenta melakukan hal yang sama dan memperoleh laba dua talenta. (ayat 22). Namun hal yang berbeda justru diperlihatkan oleh hamba yang menerima satu talenta akhirnya pergi menggali lobang, lalu menyembunyikan uang tuannya. (ayat 24-25). Disini kita menemukan adanya dua tipe perilaku hamba yang berbeda dalam merespons kepercayaan tuannya itu. Tipe Pertama, yang diwakili hamba yang mendapat lima dan dua talenta adalah mendengar dan melakukan apa yang diperintahkan tuannya tanpa mempersoalkan untung atau rugi dari pekerjaan itu. Yang penting bagi mereka adalah bekerja untuk melipatgandakan talenta yang diterima, sebagai respons dari kepercayaan tuannya. Jadi ternyata kepercayaan itu, dihubungkan dengan nilai-nilai kesetiaan, kerja keras, dan pengorbanan untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Karena itu ketika tuannya meminta pertanggungjawaban hamba tipe pertama ini, dengan tegas mengatakan; baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia. (bd. Ayat 21 dan 23). Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa sang hamba telah menyatakan eksistensi dirinya sebagai hamba yang setia dan dapat dipercaya. Pada perspektif ini, bukan soal hasil yang diperoleh menjadi utama tetapi kesetiaan dalam proses melipatgandakan talenta itu yang utama sesuai dengan kesanggupan. Sebab kalau hasil menjadi utama maka mungkin sang tuan akan berkata, hai hambaku yang baik dan berhasil. Lalu tipe kedua, yang diwakili oleh hamba yang mendapat satu talenta dikatakan tidak melakukan apa yang diperintahkannya. Karena dirinya lebih mengutamakan pertimbangan untung dan rugi. Jika dia harus melipatgandakan talenta, maka harusnya ada keuntungan bagi dirinya. Jadi, hamba yang mendapatkan satu talenta lebih mementingkan kepentingan diri. Jadi orientasi kepentingan diri jauh lebih kuat, dari pada melakukan tanggung jawab sesuai kepercayaan yang diberikan tuannya. Karena itu tidak heran ketika ia mempertanggungjawabkan pekerjaannya kepada tuannya, maka sang tuan berkata ; hai kamu, hamba yang jahat dan malas. (ayat 26). Jahat dan malas adalah suatu bentuk riil dari hamba yang tidak bertanggung jawab dan mengingkari kesanggupan yang telah disepakati dengan tuannya dari awal bekerja. Mari kita belajar dari hamba yang mendapat lima dan dua talenta, mereka hamba yang bertanggungjawab atas talenta yang diberikan sehingga mendapat pujian finishing well. Anda menginginkan hal serupa? teladani mereka dengan memiliki hidup yang bertanggung jawab. -ANT