BITTER TO BETTER (1)

10Lalu TUHAN memulihkan keadaan Ayub, setelah ia meminta doa untuk sahabat-sahabatnya, dan TUHAN memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. 11Kemudian datanglah kepadanya semua saudaranya laki-laki dan perempuan dan semua kenalannya yang lama, dan makan bersama-sama dengan dia di rumahnya. Mereka menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya, dan mereka masing-masing memberi dia uang satu kesita dan sebuah cincin emas. 12TUHAN memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu; ia mendapat empat belas ribu ekor kambing domba, dan enam ribu unta, seribu pasang lembu, dan seribu ekor keledai betina. 13Ia juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; 14dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh. 15Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub, dan mereka diberi ayahnya milik pusaka di tengah-tengah saudara-saudaranya laki-laki. 16Sesudah itu Ayub masih hidup seratus empat puluh tahun lamanya; ia melihat anak-anaknya dan cucu-cucunya sampai keturunan

Kepahitan apa yang akan terjadi tatkala kita mengalami seperti yang dialami Ayub bahkan teman-teman dari samping seperti memberi support untuk Ayub boleh mengeluh kepada Tuhan yang mengijinkan dia mengalami hal sedemikian. Hal yang terjadi pada Ayub tentunya bisa sangat memahitkan hidupnya, kehilangan harta, kehilangan anak-anak, pendamping yang harusnya bersama-sama dengannya bergumul dan mempercayai Tuhan malahan menjadi lawan dalam selimut. Mengubah Bitter menjadi Better bukanlah sesuatu yang sederhana dan mudah bagi manusia yang penuh keangkuhan, dimulai dengan sebuah pengenalan yang benar akan Allah yang mengendalikan kehidupan kita dan menjadikan-Nya menjadi Master – barulah kita mampu melihat apapun yang terjadi dan yang kita alami dengan berbeda, seperti yang pujian yang kita sering dengar: Kau ubah ratapku jadi tarian Kau bukakan kain kabung-ku . . . Apa yang menjadi pilihan hidup kita? Mau tetap Bitter (walaupun terlihat better)? Atau mau mengalami Better yang sejati dalam TUHAN. -HP