UPAYA YANG BAIK TAPI AKHIR YANG BURUK
16… 17… 18… 19Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! 20Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti? 21Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah.” Lukas 12
Di Injil kita diajar untuk hidup dengan memiliki perencanaan yang baik sehingga kalau kita hendak membangun rumah atau hendak berperang harus duduk memperhitungkan segala sesuatunya dengan baik khususnya bila kita memang hendak menyelesaikan bangunan tersebut atau memenangkan peperangan tersebut. Sementara di Yakobus kita juga diingatkan untuk menyertakan Tuhan dalam perencanaan kita. Dari sisi perencanaan, orang kaya dalam perumpamaan Yesus ini nampaknya cukup terencana bagaimana ia menjalani hidup dan usahanya. Ia perlu meluaskan/ menambahkan lumbung-lumbungnya untuk menyimpan hasil tanahnya yang melimpah. Perencanaan yang kuat akan memberikan dampak terhadap sebuah upaya dan antisipasinya. Saya rasa tidak ada orang yang memungkirinya. Boleh dikata, itu adalah awalan yang baik. Lalu bagaimana dengan akhir kisahnya?
Memang yang menjadi penekanan adalah bagaimana seseorang bersikap terhadap hartanya; nampaknya orang kaya ini meletakkan harta sebagai orientasi & prioritasnya, sehingga ia membangun segala perencanaan untuk hasil akhir adalah harta. Bahkan, ia meletakkan harta sebagai sebuah solusi mendapatkan sesuatu yang dicari oleh jiwanya sementara ia tidak tahu/ menyadari siapakah yang menguasai jiwanya, sehingga tatkala jiwanya diambil, hal itu tidak dapat dihalangi oleh hartanya bahkan dirinya sudah tidak dapat lagi menikmati hartanya. Kasihan. -HP