LAST ONE
15Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!” 16Lalu bangsa itu menjawab: “Jauhlah dari pada kami meninggalkan TUHAN untuk beribadah kepada allah lain! Yosua 24
Saya menggunakan istilah Last One ini dari sebuah istilah yang saya kenal tatkala dulu bermain bulutangkis alias badminton, secara sederhana dipahami sebagai satu poin menuju kemenangan. D sisi lain, last one bisa menjadi saat-saat di mana segala sesuatu bisa terjadi. Secara emosional kita yang ingin segera mengakhiri dengan kemenangan justru melakukan kecerobohan karena telah merasa di atas angin. Shuttlecock harus berpindah tangan dan kita harus berupaya merebut kembali dan mengakhiri dengan baik permainan tersebut. Kalau kita memperhatikan apa yang dilakukan oleh Yosua seolah kita menemukan bahwa Yosua menawarkan secara demokratis kepada bangsa Israel untuk beribadah kepada siapa yang mereka kehendaki. kepada allah nenek moyang, kepada allah orang Amori atau kepada TUHAN. Pilihan terbuka seperti ini apakah tidak terlalu beresiko? Benarkah langkah yang diambil Yosua ini? Ada yang mengatakan bahwa ayat 15 bukanlah pertanyaan yang bersifat terbuka, tetapi lebih tepat bersifat retorik yang tidak membutuhkan respon/ jawabab hal ini bisa dimengerti tatkala kita mencoba memahami isi pidato Yosua kepada bangsa Israel yang lebih menekankan factor TUHAN yang selalu hadir dalam perjalanan Isarel hingga ke tanah perjanjian. Dengan demikian pidato/ khotbah Yosua ini lebih bersifat penegasan yang sangat penting bagi Israel.
Puncak penegasan ini terletak pada sikap Yosua yang membawa keluarganya untuk tetap beribadah kepada TUHAN. Betul, ini adalah komitmen pribadinya, tetapi secara strategis ini adalah sikap yang harus diacungi jempol dari seorang pemimpin bangsa/umat dengan kekuatan sebuah keteladanan. Sebagai seorang pemimpin yang senantiasa mengandalkan TUHAN dan telah mengalami pertolongan demi pertolongan sehingga memasuki negeri perjanjian maka sikap tetap setia & beribadah kepada TUHAN adalah keputusan/komitmen yang penting bagi Israel. -JP