DI ANTARA HARAPAN & KEPUTUS-ASAAN
10 (88-11) Apakah Kaulakukan keajaiban bagi orang-orang mati? Masakan arwah bangkit untuk bersyukur kepada-Mu? Sela 11 (88-12) Dapatkah kasih-Mu diberitakan di dalam kubur, dan kesetiaan-Mu di tempat kebinasaan? 12 (88-13) Diketahui orangkah keajaiban-keajaiban-Mu dalam kegelapan, dan keadilan-Mu di negeri segala lupa? Mazmur 88
Semasa sekolah kita pernah belajar tentang pribahasa, salah satunya perkataan Menambak Gunung – Menggarami Lautan yang acapkali dimaknai sebagai sebuah perbuatan yang sebetulnya tidak perlu dilakukan karena gunung sudah tinggi dan tidak perlu ditambak agar menjadi tinggi, demikian pula lautan yang air-nya merupakan bahan dasar pembuatan garam (laut) dan pastinya terasa asin sehingga tidak perlu menambahkan garam kepada laut yang menjadi sumber garam/ asin.
Ada perkataan yang senada Untuk apa memberikan kepala babi di hadapan jenazah orangtua yang artinya, seharusnya di masa hidupnya kita lebih memperhatikan dan terus mencoba membahagiakan mereka. Kalau sudah meninggal dunia maka semua tidak ada artnya.
Pemazmur menggunakan istilah-istilah yang sangat menarik & puitis, yang kebenarannya dapat dipahami bahwa akankah Tuhan melakukan sesuatu yang sia-sia. Untuk apa sebuah keajaiban bagi seseorang yang sudah mati karena ia sudah tidak merasakan dan mengalaminya; akankah arwahnya bangkit dan bersyukur utuk itu? Untuk apa pula memberitakan kasih TUHAN bagi mereka yang telah di dalam liang kubur dan kebinasaan. Di tempat (negeri) segala lupa pastinya orang tidak mengetahui/ tidak mengenal/ lupa segala kebaikan dan keajaiban TUHAN.
Apa sesungguhnya yang ingin dimaksud oleh pemazmur? Di satu sisi kita belajar meyakini bahwa di tengah pergumulannya sang pemazmur tetap berharap kepada TUHAN untuk menyatakan perbuatan-Nya. Dan di sisi lain kita merasakan nuansa kemendesakan/ kesegeraan tangan TUHAN yang bertindak sehingga ia merasakan pertolongan TUHAN. -HP