IMAN DAN PENGENALAN ORANG LUMPUH

ada orang-orang datang membawa kepada-Nya seorang lumpuh, digotong oleh empat orang. Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring. Markus 2: 3-4

Bacaan Alkitab
1 Petrus 3:1-22

Hampir semua kebaikan manusia yang kita lihat (sampai dengan ketulusan hati dan kemurnian hati) merupakan bentuk manifestasi dari kepribadiannya sendiri. Hal ini merupakan produk dari unsur-unsur herediter dan pengalaman belajar pada masa kecilnya.
Tetapi kita bersyukur karena iman Kristen tidak terjerat spirit keagamaan humanisme ini. Kristus berulangkali menegaskan bahwa Dia datang bukan untuk orang benar, tetapi untuk orang berdosa yang sdar akan dosanya (Mat.9: 13; Luk.23: 40-43). Memang tidak ada seorang pun yang benar dihadapan Allah (Rom. 3: 23) yang tidak membutuhkan penebusan darah Kristus dan pengampunan dosa sebagai jalan keselamatan yang disediakan Allah bagi manusia (Yoh. 14: 6; 3: 16). Iman bukanlah perbuatan (Ef.2: 8) karena itu iman disebut anugerah.
Mereka yang bisa beriman kepada jalan keselamatan yang Allah sediakan adalah mereka yang menerima anugerah tersebut (Rom.3: 22-24). Tanpa anugerah tidak mungkin manusia mau dan bisa beriman kepada Tuhan Yesus sebagai jalan keselamatan Allah, karena logika tersebut tidak cocok dengan jiwa agamawi manusia. Tidak mungkin manusia percaya bahwa kegagalan yang mereka upayakan untuk mencapai keselamatan, telah disediakan Kristus begi mereka yang percaya (Rom.8: 3). Hanya Yesus yang bisa berkata: : “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!
Itulah yang diberikan kepada orang lumpuh itu, iman dalam anugerah Allah. Itulah yang menggerakkan dia untuk meminta tolong kepada orang yang mengangkat dia serta, sangat mungkin sedikit memaksa orang-orang yang menggotong dia untuk naik ke atas atap rumah serta membongkarnya agar ia bisa diturunkan. Iman itu juga yang memberi kepadanya kesembuhan baik secara fisik maupun rohani. Bagaimana dengan iman kita? Adakah iman itu terus mendorong kita untuk terus mencari Allah, tidak peduli apakah itu ibadah online, onsite, atau ibadah dalam cara lainnya? -FD