ASLI DI ANTARA PALSU: PEMBAHARUAN BUDI
Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Roma 12:1-2
Bacaan Alkitab
Filemon 1:1-25
Dalam masa pandemic covid-19 ini kita menjadi terbiasa dengan berbagai macam test untuk mendeteksi apakah kita terpapar virus atau tidak. Salah satu test yang paling umum digunakan oleh orang awam adalah test rapid dengan sample darah yang bisa kita lakukan di rumah kita masing-masing. Namun perlu diingat bahwa ketika kita menggunakan alat test itu, kita harus melihat hasilnya dalam batas waktu yang telah ditentukan, karena jika terlalu lama melebihi batas waktu maka hasilnya menjadi tidak lagi akurat. Ketika terjadi kerusakan dalam sample atau pun alat yang digunakan maka alat tersebut tidak lagi bisa mendiagnosa kondisi tubuh kita dengan akurat.
Dalam kaitan dengan diri kita secara rohani kita tahu bahwa diri kita sudah rusak oleh dosa. Efek dosa membuat pikiran, perasaan, kehendak dan seluruh aspek dalam diri kita tidak bekerja sebagaimana mestinya, yaitu menginginkan Allah, namun justru berbalik dari Dia. Dengan sebuah kerusakan seperti ini maka adalah hal yang tidak mengejutkan jika banyak orang tidak bisa mendiagnosa dengan benar mana yang asli dan yang palsu, dan justru melibatkan diri dan bahkan hidup dalam kepalsuan. Dalam ayat ini Paulus memberikan satu nasehat penting, yaitu supaya kita mempersembahkan hidup kita kepada Allah dan mengalami pembaharuan budi. Dengan kata lain, sama seperti alat yang rusak dan tidak bisa mendeteksi dengan baik harus diganti dengan alat baru, demikian pula ketika orientasi hidup kita sudah rusak maka kita perlu mengganti komponen dasar kita dengan cara menyerahkannya kembali kepada Sang Pencipta kita. Ketika kita menyerahkan diri kembali kepada Dia, Dia mengubahkan budi pikiran dan kehendak kita melalui firman, dan di situlah kita bisa kembali membedakan kehendak Allah, mana yang baik yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Apakah kita sudah menyerahkan hidup kita yang rusak ini kembali kepada Dia? Apakah kita sudah sungguh mempersilakan Dia memperbaharui kita? Chris