🗓 10 Maret 2021
📖 Markus 12:1-12
🙏 Berani karena salah?
Renungan
Tentu bukan slogan yang asing. Namun di zaman yang sinis ini, kita melihat bahwa orang lebih banyak “Berani karena salah”. Kepentingan diri lebih patut diutamakan, bagaimana pun cara mencapainya. Bahkan bagi sebagian orang, untung karena berbuat salah lebih sedap ketimbang keuntungan yang diraih secara lurus dan benar.
Para pemimpin agama (Mrk. 11:27) tak bisa menyangkal bahwa Yohanes Pembaptis dan juga Yesus datang “dari sorga” (Mrk. 11:31). Perumpamaan yang disampaikan Yesus di perikop ini pun benar, karena memang merangkumkan karya Allah di dalam Israel dan interaksi-Nya dengan para pemimpin umat yang tidak setia kepada-Nya serta tidak jujur di hadapan umat yang mestinya mereka layani. Tak hanya itu, perumpamaan ini pun secara pedas menjawab pertanyaan mereka diMrk. 11:28: Yesus datang dari Allah sendiri. Mereka mestinya tersindir dan meminta ampun kepada Allah. Namun mereka justru tersinggung, dan mulai “berusaha untuk menangkap Yesus” (12:12).
Perumpamaan ini menggarisbawahi kesabaran sekaligus ketegasan Allah menghukum dosa serta kekurangajaran para pemimpin Israel yang melanggar kepercayaan dan bahkan membunuh si “ahli waris.” Peningkatan permusuhan para pemimpin agama justru menegaskan nubuat Yesus tentang masa sengsara-Nya (Mrk. 8:31, 9:31, 10:33) dan tentang kemuliaan ajaib yang mengikuti masa sengsara itu: kebangkitan-Nya, yang tadinya dibuang, tetapi kemudian menempati tempat terhormat sebagai Sang Batu Penjuru.
“Keberanian” para pemimpin Yahudi merupakan pelajaran yang bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi, kita mesti meniru teladan Yesus yang berani mengkritik dan memvonis “keberanian” para pemimpin Yahudi di dalam melawan Allah. Di saat para pemimpin yang jahat makin “berani” menolak Allah, kita pun mestinya makin berani menyatakan kebenaran dan keadilan Allah. Di sisi lain, kita sekali lagi memperoleh janji Allah bahwa dosa yang dilakukan para pemimpin niscaya akan dijatuhi hukuman setimpal.