WHEN MISSIONS GOES WRONG: LAHIR DARI KETERPAKSAAN
Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia. Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya. Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.” Yun 4:1-3
Bacaan Alkitab
Efesus 5:1-33
Salah satu tantangan yang muncul di era pandemi saat ini adalah bahwa hampir semua pertemuan dikerjakan secara online, termasuk persekutuan-persekutuan gereja. Merupakan tantangan tersendiri untuk dapat terus terkoneksi dengan anak-anak muda melalui persekutuan-persekutuan online tersebut. Dengan berbagai kelemahan sistem online, nampaknya bagi beberapa orang persekutuan online bukan menjadi hal yang menarik untuk diikuti. Bahkan beberapa orang mengikuti hanya karena dipaksa oleh orang tua atau dikondisikan oleh jabatan organisasi (hanya karena mereka pengurus komisi). Ketika suatu hal dikerjakan karena unsur keterpaksaan, mungkin secara nampak luar memang hal itu dikerjakan, tapi kita tahu tidak ada sukacita dan damai sejahtera dan tentunya juga tidak menjadi suatu hal yang menyenangkan. Kisah Yunus menjadi contoh bagaimana misi dikerjakan bukan dengan hati yang sungguh-sungguh rindu untuk melihat keselamatan Allah dikerjakan di antara bangsa-bangsa. Dari awal kisah kita diperlihatkan bagaimana Yunus memberontak dan berusaha menghindari tugas panggilan Tuhan. Bahkan ketika Yunus sudah mengerjakan misi pemberitaan dan akhirnya bangsa Ninewe bertobat dan menerima kemurahan Tuhan, kita tahu Yunus tidak terlalu menyukai hal itu. Dia justru bersungut-sungut dan komplain kepada Tuhan. Misi memang telah dikerjakan. Injil diberitakan. Tapi bagiamana dengan Yunus? Hatinya masih perlu dibereskan. Kita pun juga bisa terjebak dalam persoalan yang sama jika kita mengambil keputusan untuk ambil bagian dalam misi Tuhan hanya karena kita adalah pengurus, hanya karena kita disodorkan Form oleh sahabat atau hamba Tuhan kita di mana kita sungkan untuk menolak, hanya karena dipaksa ikut oleh seorang rekan, hanya karena terpaksa dan bukan dari hati yang mengasihi Allah dan pekerjaan-Nya. Hal itu tentu tidak akan menyenangkan buat kita, dan juga tidak menyenangkan Allah. Mari selidiki dan bereskan hati kita sebelum kita bermisi.– Dan