KASIH: SISI INKLUSIF GEREJA

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”
MATIUS 28:19-20
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Roma 12:2

Kita patut mengucap syukur tentang keberadaan gereja kita saat ini. Meski dikenal sebagai gereja dengan latar belakang sejarah adalah gereja dengan latarbelakang Tionghoa, tetapi gereja justru terpanggil bermisi kepada seluruh masyarakat yang ada di pulau Bali ini. GKA Zion Denpasar saat ini memiliki empat Pos Pekabaran Injil atau Pembinaan Iman dengan kekhasan dari konteks masing-masing. Pos PI Singaraja yang dahulunya berdiri terkhusus fokus kepada masyarakat Tionghoa yang ada di kota Singaraja, maka sekarang bukan hanya orang Tionghoa saja yang beribadah tetapi juga ada banyak suku yang beribadah di sana. Demikian juga dengan keberadaan Pos PI Istana Regency yang dipenuhi oleh para pendatang di daerah kota Denpasara bagian selatan. Bahkan Pos PI Pupuan dan Karyasari dengan konteks masing-masing justru juga di dapati ada banyak orang-orang asli Bali yang beribadah di sana. Mengapa demikian? Sesungguhnya kita yakini bersama bahwa itu semua berkat Kasih yang telah Tuhan Yesus taruh di hati kita semua yang adalah gereja yang tidak kelihatan. Kasih Kristus yang kita miliki telah mendorong semangat Inklusi semakin tumbuh subur. Kristus yang datang bagi semua suku bangsa juga menghendaki setiap kita mengasihi orang-orang dari semua suku bangsa untuk dimuridkan. Amanat Agung yang kita renungkan bersama pada hari ini sesungguhnya berangkat dari kasih TUhan yang luar biasa yang menolong dan memampukan kita untuk memandang bahwa semua orang itu sama. Setiap orang di hadapan Tuhan, semua sama, setara dan semua dikasihi Allah. Tetapi benarkah pemikiran seperti ini akan selalu muncul dalam diri kita? Yesus secara tidak langsung ingin kita mengerjakan kasih itu dengan melangkah keluar dari gereja, lalu berjumpa dengan banyak orang dari semua bangsa untuk memuridkan mereka tanpa membeda-bedakan. Itulah yang dinamakan dengan kasih yang inklusif. Kasih yang inklusif adalah kasih yang merangkul semua, memberi tempat bagi semua. Kasih yang inklusif tidak mementingkan diri tetapi memberi diri. Dalam kerangka berpikir semacam itulah, Yesus memberi nasihat agar kita memberikan tempat terhormat pada orang lain yang kita jumpai. Sama seperti Yesus ketika berjumpa dengan orang miskin, sakit kusta, pendosa, penjahat tidak merasa jijik dan menjauh dari mereka. Yesus justru berjumpa dengan mereka, berbicara dari hati yang penuh kasih dan mengembalikan kehormatan mereka sebagai manusia yang menurut gambar dan rupa-Nya. Gambar dan rupa yang sudah rusak selama ini oleh dosa, dipulihkan kembali dengan kehadiran dan kasih-Nya. Tempat terhormat dalam pelayanan kita itu bukanlah duduk di tempat tertentu yang baik dalam kepengurusan atau pun kemajelisan, melainkan ketika kita keluar dan duduk bersama mereka yang memnbutuhkan kasih Kristus. Merangkul semua dan mengasihi semua dan membawa mereka pulih dengan kemuliaan Allah kembali. Mari mengasihi dengan memberi diri memuridkan yang lain. -ANT