DIBUTUHKAN SATU TINDAKAN IMAN KECIL UNTUK MENJADI SAKSI
12. Pada suatu kali Yesus berada dalam sebuah kota. Di situ ada seorang yang penuh kusta. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia dan memohon: “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” 13. Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu, dan berkata: “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga lenyaplah penyakit kustanya. 14. Yesus melarang orang itu memberitahukannya kepada siapa pun juga dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan seperti yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka.” 15. Tetapi kabar tentang Yesus makin jauh tersiar dan datanglah orang banyak berbondong-bondong kepada-Nya untuk mendengar Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka. 16. Akan tetapi Ia mengundurkan diri ke tempat-tempat yang sunyi dan berdoa. LUKAS 5:`12-16
Bacaan Alkitab
2 Korintus 2:1-17
Saksi adalah seseorang yang menegaskan atau membuktikan sebuah fakta. Untuk menjadi saksi yang efektif bagi Kristus, seseorang bukan hanya sekedar memiliki pengetahuan yang langsung berasal dari-Nya, tetapi juga memiliki dan meneladani apa yang telah dilakukan oleh Kristus sebagai gambaran sosok hamba yang sempurna. Jika Anda memperhatikan apa yang disampaikan oleh Rasul Yohanes dalam 1 Yohanes 1:1-3, ketika ia mengatakan, “Apa yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup–itulah yang kami tuliskan kepada kamu.” Maka ia mengingatkan kita bahwa sosok saksi itu adalah benar-benar mengalami perjumpaan secara langsung dengan Kristus dan bahkan meresponi perjumpaan itu dengan tepat melalui berbagai bentuk perubahan hidup sebagai bukti yang konkret dan valid tentang kuasa Yesus yang menyelematkan dan mengubah hidup seseorang menjadi kudus sebagaimana dikehendaki Allah bagi umat-Nya. Yang oleh Paulus konsep ini dipahami sebagai orang yang mengalami kelahiran baru dalam Kristus. Orang yang sudah mengalami hidup baru di dalam Kristus, akan mempertontonkan kualitas hidup yang seturut dengan kualitas Kristus. Dan pastinya aspek keserupaan dengan Kristus itu banyak, di antaranya bagaimana sosok Kristus adalah sosok yang rendah hati. Yang oleh Paulus katakan dalam Filipi 2, Yesus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Kerendahan hati seperti ini setidaknya juga dialami oleh penderita kusta ketika pertama kali berjumpa dengan Yesus. Tidak dijelaskan dengan detail sesungguhnya siapakah dan dengan latar belakang yang bagaimanakah kehidupan penderita kusta itu sebelumnya. Tetapi nyata sekali respon utama yang tepat ketika berjumpa dengan Yesus adalah tidak ada lagi seharusnya kesombongan yang kita miliki untuk bisa dibanggakan dihadapan-Nya. Dikatakan disana bahwa orang yang sakit kusta itu tersungkur dan memohon. Saat ini ada banyak orang yang datang kepada Kristus dengan segala permohonan tapi dengan kesombongan hati. Ada banyak hamba Tuhan, pelayan Tuhan dan orang-orang percaya datang kepada Tuhan untuk dipulihkan tetapi tidak meninggalkan kesombongan hidupnya. Meminta Tuhan memulihkan karena mereka sudah melakukan yang baik dan terbaik. Dan sayangnya Tuhan menginginkan kita tersungkur untuk menikmati hadirat-Nya. Tersungkur untuk merasakan mujizat-Nya. Sehingga Anda mampu memberitakan itu. -Ant